Ringkasan

Aku menulis ini sambil menyesap secangkir Cappuccino. Sesekali busanya menyisa di bibir atas. Sayang, aku harus mengusapnya sendiri. Yasudah lupakan saja yang ini.
Banyak sekali hal-hal menarik yang aku temui belakangan ini. Semua kejadian, yang berhasil aku lewatin dengan baik aku jadikan catatan buat menghadapi kejadian-kejadian berikutnya. Kejadian lainnya, yang nggak aku lewati dengan baik, aku jadikan pelajaran.
Biasanya, orang yang mengalami kegagalan, akan mengada-adakan hikmah. Kadang aku berpikir, apa benar di balik semua kejadian ada hikmahnya atau memang hikmah itu ada karena diada-adakan.
Tapi bagaimana pun itu, aku rasa yang namanya “hikmah” –baik itu memang ada atau cuma diada-ada– datang untuk membuat mereka yang gagal tetap hidup. Setidaknya hikmah jadi alasan supaya tetap berjuang. Dan aku pengin ngasih beberapa hikmah yang aku dapat dari beberapa kejadian yang aku alami belakangan ini:
Cinta nggak boleh terlambat, tapi semua lebih buruk jika diungkapkan terlalu cepat.
Nggak ada yang tau kapan cinta akan datang. Bahkan seringnya ada rasa-rasa yang menyamar dan memberi kenyamanan seperti cinta, padahal bukan cinta. Kenyamanan ketika berdua, kenyamanan melihatnya dari kejauhan, kenyamanan bahkan dengan cukup membayangkannya saja. Itu mungkin aja cuma sebuah rasa nyaman belaka, mungkin juga kagum, atau penasaran.
Yang aku pahami sekarang adalah, untuk sebuah cinta momen saja nggak cukup. Dibutuhkan keberanian, dan yang paling penting kebijaksanaan dalam menunggu, bersabar, dan bertindak sesuai waktu yang tepat. Di sini yang paling sulit. Tapi percaya saja, dengan adanya proses, kita bisa tau kapan waktu yang tepat. Dan itu akan datang. Pasti.
Jangan sampai kamu bilang mencintai tapi ketika berhasil mendapatkan semuanya malah hilang. Lebih baik jatuh cinta terlebih dahulu pada setiap momen, meski kecil dan sepele, kadang justru itu sangat berarti. Biarkan cinta itu memenuhi sedikit demi sedikit ruang hati, sampai kamu tak bisa menahannya lagi. Setelah itu, ledakkan dengan kata-kata yang indah, dan yang terpenting tulus dari lubuk hati.
Cinta bisa saja buta, tapi terlebih dari itu, cinta itu bijak.
Setiap orang punya kriteria pasangan ideal masing-masing. Tapi kita nggak pernah tau kepada siapa hati kita akan terjatuh. Kamu juga mungkin pernah memaksa-maksakan perasaan. Kamu melihat sosok yang indah, yang bercahaya, lalu mengejarnya. Sampai akhirnya menyadari apa yang kamu cari itu di luar jangkauan.
Mungkin kita hanya kurang bersyukur.
Ternyata cinta bisa datang dari mana saja. Selama ini kamu mengejar yang kamu cari. Akan tetapi, mungkin saja yang kamu butuhkan sebenarnya tepat berada di dekat kamu. Yang dengan segala kekurangannya, meski fisiknya gak sesuai kriteria idaman, tetap bisa memberikan kenyamanan. Yang selama ini ada ketika kamu sendiri, yang paling nyambung berbicara dari hati ke hati, yang paling mengerti dan memahami. Yang seperti itu, kelak akan ‘membutakan’ mata tapi juga ‘membukakan’ hati. Bahwa orang-orang seperti merekalah yang tepat, pantas, dan paling dibutuhkan hati.
Karena aku selalu percaya, orang yang paling layak jadi pendamping hidupmu adalah yang paling bisa kamu terima kekurangannya dan dia paling bisa menerima kekuranganmu. Kelebihan, hampir semua orang bisa menerima. Tapi kekurangan, belum tentu.
Masih ada sahabat.
Seburuk apa pun kejadian yang menimpa kamu, percayalah selalu ada sahabat yang mau menemani.
Terima kasih buat para sahabat, yang mau nemenin melampiaskan semua penat dalam hidup melalui futsal, melalui kompetisi game bola di PS, atau sekadar obrolan-obrolan cengengesan di kedai kopi di pinggiran jalan Banda Aceh ini.
Berbagi kisah dengan kalian selalu jadi salah satu hal paling menakjubkan.
Dan teruntuk kamu, terima kasih sudah menyadarkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar