Terdiam didalam kita


Sebuah awal yang nampak sempurna. Perkenalan saya dengan kamu, mungkin memang tak pernah ada yang menduga. Terjadi begitu saja, tanpa banyak kata tanya. Begitu pun cinta yang lahir tiba-tiba. Yang tanpa peringatan menyusupi saya dengan jutaan debar yang terpaksa makin menebar, lalu membesar. Mungkin kamu tidak rasakan, tapi mungkin pula kamu ingkar. Karena entah hati saya yang kelewat penasaran atau memang pernah sekali waktu, hati kamu dan saya mengucap bahasa yang sama.

Mungkin kita pernah saling jatuh cinta. Mungkin kita pernah saling menyisipkan nama dalam setiap doa. Mungkin kita pernah saling bayangkan jari jemari mengikat, membentuk apa yang disebut hangat. Mungkin kita pernah saling tersenyum dalam malam-malam sebelum mata terpejam, hanya karena suara tawaku di ponselmu, dan suara tawamu di ponselku. Mungkin kita pernah saling merasa tak rela, saat nama lain disebut melebihi batasnya. Mungkin kita pernah saling menyimpan lipatan rindu, yang tanpa sengaja menggerakan seluruh indera, mencari titik temu. Mungkin kita pernah saling nyanyikan irama yang sama, penjumlahan nada dua aroma. Mungkin kita pernah saling tolak menolak rasa, ternyata keinginan kita berkata beda. Mungkin kita pernah saling sembunyikan luka, kala nyata dan doa tak sejalan. Mungkin kita pernah saling menumpuk beribu tanda tanya, sudikah kiranya Tuhan kabulkan semua harapan? Mungkin kita pernah saling redakan tangis sebagai hasil akhir takdir yang mulanya sempat bertemu, lalu mulai beranjak, berbeda arah gerak. Lalu, entah bagaimana milikku, kamu tinggal menunggu. Mungkin kita pernah saling berniat melangkah maju, melupakan sakitnya jika dipaksa melangkah mundur. Mungkin kita pernah saling sesalkan apa yang pernah diputuskan. Mungkin kita pernah saling memperhatikan dari jauh, tanpa berani menyentuh, lalu dengan sadar menyadarkan batin yang masih juga ingin merengkuh.


Ya, mungkin kita pernah saling jatuh cinta. Dan mungkin cinta kamu yang terlebih dulu bangun, lalu pamit tanpa ampun. Tanpa pernah menyangka cinta saya masih pikun, lupa caranya bangun, dan berhenti melamun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar