Mengistirahatkan Hati. Sembari menanti


Pertama, aku ingin mengucapkan maaf. kedua, aku masih ingin mengucapkan maaf, ketiga masih maaf lagi dan mungkin begitupun untuk kelima dan seterusnya entah sampai hitungan berapa aku akan meminta maaf. tapi terakhir sekali, aku ucapkan terima kasih karena masih mau sabar dan terus aku sakiti lagi.

Maaf, karena aku masih belum bisa menjagamu lebih baik. menjagamu untuk tidak terlalu sering merasakan sakit, menjauhkanmu dari cinta yang baik dan malah mendekatkanmu dengan cinta yang (menurutku) jahat.

Entah, pertanyaan ini selalu ada “mengapa logika dan hati tak pernah bisa sejalan?” ingat terakhir apa yang terjadi? logika memintaku untuk diam di tempat, bersenang dan berbahagia dengan cinta yg baik tapi hati meminta aku jalan menjauh, ke arah yg jalannya pun aku tak tau yang terlihat hanya benda yang mungkin (saat itu) jauh lebih bersinar. sekarang apa yang terjadi? penyesalan? basi tapi pasti. Sakit hati? dari awal seharusnya aku jauh lebih mendengar logika jadi ketika memilih mengikuti hati (SEHARUSNYA) aku sudah siap dengan segala resiko.

Sekarang, apa yang akan dilakukan? diam saja? membiarkan hati terus seperti ini dengan memar memar lain yang mungkin nanti akan bertambah? entahlah, aku pun tak tau. sekarang mulai terasa lelah sekali. aku hanya ingin diam, membiarkan memar memar hati hilang menunggu cinta yg baik datang dengan sendirinya. atau seharusnya aku berhenti sejenak mengistirahatkan hati. entah.

Sekali lagi, maaf ya hati. semoga setelah ini aku dapat memperlakukanmu dengan lebih baik

Pemilikmu,

Beni Pantona

Tidak ada komentar:

Posting Komentar