Hampa


Diantara spasi ada jeda, ada apa yang harusnya disitu tak terbaca, atau harusnya memang tak ada.

Diantara dua ada satu yang lapang, ruang hampa tanpa terisi apa-apa. Tak teraba oleh kasat mata.

Dari harap yang entah seberapa mungkin, kau lenyap yang membuatku getir. Dalam banyaknya kau hamburkan, dari sedikitnya tetap kau pertanyakan. Kadang saat suara beradu, tak terhitung nanti berapa banyak yang menyekap malu.

Kami bicara dalam hening sendiri, terdengar jelas detak dari jam di dinding kelam. Seolah mendesak, kaku diam tak bergerak. Cahaya dari luar jendela menerangkan sedikit ruang yang ada, gulita masih setia tersisa.

Sepi dalam hati itu kupastikan, ketika ramai sekelilingmu ada merayakan, tapi disana tak ada satu yang kau rindukan.

Saat salah olehnya dilakukan, adalah pengukur seberapa mampu cintamu memaafkan.
Jatuhmu saat ditinggal olehnya pergi, adalah pengukur seberapa besar cinta menguatkanmu hingga mampu berdiri lalu mengejarnya sambil berlari.

Ketika sakit hatimumu karena olehnya adamu tak dihargai, adalah pengukur seberapa bisa cinta menyembuhkan hingga mampu mencari pengganti.

Sebab cinta itu memaafkan, menguatkan, pun menyembuhkan. Tak akan karena patah hati kau mati, hanya memang kadang membuatmu seperti ingin bunuh diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar