Dia bilang hatinya terluka. Disakiti oleh
orang yang paling disayangi, jawabnya saat kutanya kenapa.
Tak
kulanjutkan pertanyaanku, cukup itu.
Andai
itu aku, yang dengan sangat kau sayangi, tak akan kubuat air matamu jatuh
karena tak lagi kuat menahan nyeri. Jikapun harus ada, semoga karena terlalu
bahagia sebagai alasan mengapa jatuhnya air dari mata.
Namun
kenyataannya tak seperti itu, dan apa yang sekarang terjadi memang mungkin
harus terjadi. Adaku hanya sebagai seseorang yang selalu ada untuk melihatnya
menangis, dan selalu setia mendengar siapa sebab tangisannya.
Kepadanya
ingin sekali kukatakan.
Dia
yang berlaku kasar padamu, tak tahu seberapa lembut hatimu yang andai jika dia
lihat tak akan mau sedikitpun menggores. Dia yang berkata keras padamu, tak
tahu seberapa lunak telingamu mendengar segala yang tak baik tentangnya. Dia
yang membuatmu menunggu, tak tahu sedang kehilangan sesuatu yang tak akan
pernah kembali; waktu.
Dan dia yang menyakitimu, lalu
mengulanginya lagi setelah kau maafkan berulang kali, tak tahu sedang malakukan
hal yang akan paling disesali.
Andai
kau mengerti, cinta memang saling menyakiti, tapi tidak dengan terus memaafkan
sebuah kesalahan. Cinta memang saling memberikan luka, tapi tidak dengan terus
menerima saja.
Cinta bukan apa yang
menyakitimu begitu dalam, namun apa yang meyembuhkanmu saat sudah hilang
harapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar