Perempuan itu....


Tidak seperti biasanya, hari ini ia tak berkerudung. Rambut sebahunya terurai indah, seindah pagi ini.

Mentari baru saja beranjak dari ufuk timur, sinar hangatnya membuat tak banyak orang memperbincangkannya, tunggu sampai tengah hari saat sinarnya menyengat ubun-ubun, mendadak semua orang membicarakannya. Mengeluhkan lebih tepatnya. Pukul 06.30 saat kutengok jam dinding yang jarumnya masih saja berputar tanpa lelah menunjuk angka-angka dengan angkuhnya. Terkadang terbersit untuk berbicara padanya, “kamu mutar-mutar terus, ngga capek? Sini duduk-duduk dulu sambil ngeteh”. Pastinya jam dinding akan mengacuhkanku, tapi biarlah, setidaknya aku sudah mencoba bicara baik-baik padanya.


“Ben, jadi ke kampus, kan?”, kata seorang temen yang mengirim pesan singkat. Tanpa banyak cakap aku keluarkan motor, panasin mesin bentar, kebetulan pagi ini cuacanya cerah, tinggal taruh motor di halaman. Bila sudah terasa panas segera tiriskan. Jangan tunggu sampai gosong. Jam-jam segini memang jam sibuknya para dedek-dedek unyu berangkat ke sekolahan, pun dengan aku yang sibuk mau ke kampus. Jalur yang biasa aku lalui terlihat berbeda pagi ini. Bukan, bukan karena ada perbaikan jalan. Anyway, kenapa jalan harus diperbaiki? Dia pake narkoba? Berbuat jahat? Atau mencuri? Kalau mau memperbaiki kenapa tidak sekalian saja dimasukkan ke pesantren. Oke, balik lagi, sesosok gadis dengan rambut sebahu di depan sebuah rumah berdiri di samping motornya, dia sedang mencuci motor. Hanya menggunakan celana pendek hitam
 dan T-shirt berlengan pendek. Ah, sial! hampir saja aku tak mengenalinya. Gadis manis berkerudung yang kerap aku jumpai di jalan sekitar rumah, ternyata itu dia.


Sepersekian detik mata kami dipertemukan, meski hanya selewat ini menjadi pagi terbaik di awal bulan ini. Dan ia masih tetap saja cantik dengan atau tanpa kerudungnya, ditambah lagi, sepagi ini seorang gadis melakukan rutinitas yang sangat jarang dilakukan oleh wanita cantik pada umumnya. Ah, bayangan tentang film
Montir-Montir Cantik yang rusak oleh babang babang cuci motor yang nggak pernah ada seksinya sejenak muncul kembali. Pagi yang indah, bukan?


Gadis itu aku tak tahu namanya, kuliah dimana, anak keberapa, sudah punya pacar atau tidak, mandinya sehari berapa kali, pun dia tidurnya merem atau
 enggak. Lebih tepatnya sih aku tak mau tahu. Aku mengaguminya, mengaguminya dengan diam-diam. Kenapa diam-diam? Karena kalau rame-rame orang bakal ngiranya pengajian. Itu saja.
Biarlah tetap seperti ini, aku mengaguminya dan dia tak mengetahuinya. Tidak semua pengagum butuh pengakuan, karena bagi sebagian orang bahagia itu sederhana. Seperti pagi ini, aku, kamu, dan mata yang saling bertemu. ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar